Sabtu, 09 Juni 2012

Teori sosiogenesis

Teori Sosiogenis
Para sosiolog berpendapat penyebab kenakalan remaja adalah murni sosiologis atau sosial-psikologis sifatnya[3]. Misalnya dipengaruhi oleh struktur sosial yang deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi simbolis yang keliru.
d. Teori Subkultur
Dalam hal ini menyengkut satu kumpulan nilai dan norma yang menuntut bentuk tingkah laku responsif sendiri yang khas pada anggota kelompok gang remaja yang mengaitkan sistem nilai, kepercayaan / keyakinan, ambisi-ambisi tertentu yang memotivasi timbulnya kelompok-kelompok remaja berandalan dan kriminal.

V. Pengaruh Keluarga Terhadap Kemunculan Kenakalan Remaja
a. Ekses dari struktur keluarga berantakan dan kriminal
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedang lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik / buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Kenakalan yanag dilakukan oleh anak remaja pada umumnya merupakan produk dari konstitusi defektif mental orang tua, anggota keluarga dan lingkungan tetangga dekat, ditambah dengan nafsu primitif dan agresivitas yang tidak terkendali. Pada umumnya semua perbuatan kriminal mereka itu merupakan mekanisme kompensatoris untuk mendaptkan pengakuan terhadap egonya, disamping dipakai sebagai kompensasi pembalasan terhadap perasaan minder yang ingin ditebusnya dengan tingkah laku “sok”.
Selain itu kriminalitas remaja dipengaruhi oleh akibat dari kegagalan sistem pengontrol diri, yaitu gagal mengawasi dan mengatur perbuatan instinktif mereka. Pola kriminal orang tua dapat mencetak pol kriminal hampir semua anggota keluarga lainnya. Diantara keadaan keluarga yang dapat menjadi sebab timbulnya delinguncy / kenakalan remaja dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home), keadaan jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan.
• Broken home dan quasi broken home
Menurut pendapat umum pada broken home ada kemungkinan besar bagi terjadinya kenakalan remaja, dimana (terutama perceraian atau perpisahan orang tua mempengaruhi perkembangan di anak[4]. Dalam broken home pada prinsipnya struktur keluaga tersebut sudah tidak lengkap bagi yang disebabkan adanya hal-hal :
a) Salah satu kedua orang tua atau kedua-duanya meninggal dunia.
b) Perceraian orang tua
c) Salah satu dari kedua orang tua keduanya tidak hadir secara kontinyu dalam tenggang waktu yang cukup lama.
Keadaan keluarga yang tidak normal bukan hanya terjadi pada broken home, tetapi juga pada broken home (quasi broken home) ialah kedua orang tuanya masih utuh, tetapi karena masing-masing orang tuanya tidak sempat memberikan perhatiannya terhadap pendidikan anak-anaknya.
• Keadaan jumlah anak yang kurang menguntungkan
Keadaan tersebutu berupa :
- Keluarga kecil
Biasanya keluarga kecil, orang tua akan menanjakan anaknya dengan pengawasan yang luar biasa, pemenuhan kebutuhan yang berlebih-lebihan dan segala permintaannya dikabulkan. Hal ini mengakibatkan anak sulit bergaul, akhirnya frustasi dan mudah berbuat jahat.
- Keluarga besar
Dalam keluarga besar kadang-kadang disertai dengan tekanan ekonomi yang berat, akibatnya banyak sekali keinginan anak-anak tidak terpenuhi. Akhirnya mereka mencari jalan pintas seperti mencuri, menipu dan memeras.

b. Ayah dan ibu yang abnormal dan dampak negatifnya
Pada banyak kasus remaja yang menjadi anggota gang neuratik dengan gejala gangguan tingkah laku itu dapat ditelusuri sebab musababnya yaitu pribadi ibu dan ayah[5]. Pribadi ibu yang tidak terpuji dengan perilaku sebagai berikut :
1) Relasi diantara ibu dengan anak yang tidak harmonis
2) Peripsahan dengan ibu kandung pada tahun-tahun awal usia anak.
3) Menjauhkan anak dengan sumber gizi dan rasa aman terlindung.
4) Terputusnya relasi simbiotik antara ibu dengan anak.
5) Ibu-ibu yang neurotik dan psikopatik.
Peristiwa tersebut di atas menyebabkan anak-anak para remaja tidak mampu megembangkan kehidupan perasaan yang wajar, dan menjadikan krimial serta asosial.

VI. Potensi Preventif Terhadap Kenakalan Remaja
Mencegah kenakalan remaja adalah lebih baik dari pada mencoba mendidik remaja nakal menjadi remaja baik kembali. Usaha preventif kenakalan remaja dengan cara moralitas adalah menitik beratkan pada pembinaan moral dan membina kekuatan mental anak remaja. Dengan pembinaan moral yang baik anak remaja tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-perbuatan delikuen. Sebab-sebab nilai moral tadi menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan delinkuen.
Usaha preventif kenakalan remaja dengan cara abolisionalistis adalah untuk mengurangi, bahkan untuk mengalihkan sebab-sebab yang mendorong anak remaja melakukan perbuatan-perbuatan delinkuen dengan bermotif apa saja. Disamping itu tidak kalah pentingnya usaha untuk memperkecil, bahkan meniadakan faktor-faktor yang membuat anak-anak remaja terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan delinkuen. Faktor-faktor tersebut antara lain broken home / quesi broken home, frustasi, pengangguran dan kurangnya sarana hiburan untuk anak remaja.
Konsep-konsep tersebut memerlukan realisasi dalam kehidupan masyarakat. Dapat dipastikan hanya dilaksanakan oleh masing-masing lembara secara sendiri-sendiri. Akan tetapi pelaksanaan tersebut memerlukan kerja sama yang erat satu sama lain. Masyarakat bersama-sama pemerintah seyogyanya bekerja sama yang akrab agar tujuan preventif tersebut tercapai dengan baik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar